Pdt. Royke Soromi: “Suasana Kebaktian Penutup Sidang Sinode GBI XV menyalahi kaidah Teologi GBI”
Sidang Sinode GBI XV 28-31 Oktober 2014, yang dihadiri sekitar 4000 gembala dan 1300 pendeta telah berakhir. Walaupun dalam persidangan ini ada banyak hal yang pro dan kontra namun semua dapat diselesaikan dengan baik.
Sidang Sinode ini diakhiri dengan kebaktian yang di pimpin oleh Pdt. Ir. Niko nyotoraharjo dan menurut Pdt. Royke Soromi suasana kebaktian penutup yang sedang berlangsung tidak sejalan dengan kaidah teologi GBI.
Dari awal kebaktian sampai akhir sebagian besar peserta berbahasa roh secara bersama-sama, apa lagi dalam khotbahnya, Pdt. Ir. Niko Nyotoraharjo menekankan dan menyarankan untuk menanmbah frekwensi berbahasa roh dan dibuktikan setelah khotbah mengajak seluruh peserta untuk berbahasa roh.
“Kebaktian penutup Sidang Sinode GBI XV menyalahi kaidah teologi GBI”, ujar Soromi.
Pasalnya masih menurut Soromi, bahwa seharusnya hal itu tidak perlu terjadi karena dalam Sidang Sinode kali ini telah diedarkan beberapa pokok ajaran dalam teologi GBI untuk dijadikan pedoman setiap pejabat GBI dan salah satunya adalah tentang bahasa roh dalam ibadah bersama.
Menurut ajaran GBI bahasa roh bersama-sama dalam ibadah hanya dimungkinkan apabila sebagai tanda awal baptisan Roh Kudus seperti yang dialami 120 orang percaya (Kis 2:1-4) atau 12 orang dalam Kis 19:6-7. Sehingga di luar kondisi seperti ini harus berlaku prinsip berdasarkan I Kor 14:27-28 di mana hanya 2-3 orang saja yang berbahasa roh, seorang demi seorang, dan harus ada yang menafsirkannya.
“Jika mengacu dari ajaran GBI, maka sangat jelas bahwa suasana kebaktian penutup Sidang Sinode GBI XV sangat-sangat menyalahi aturan”. Kata Soromi sekali lagi.
beritagereja.com