Kesaksian Riyad Mubarak Abdullah: “Di Irak Orang Kristen dan Islam Hidup Rukun”
Jika pertama kali Anda bertemu dengan Riyad, Anda mungkin merasa segan atau bahkan sedikit takut, karena orangnya tinggi besar dan brewokan. Namun, begitu Anda mengobrol dengannya, maka kesan itu akan langsung luntur. Slewoh Riyad Mubarak Abdullah Yono Hano—begitu nama lengkapnya—adalah putra Irak asli yang sangat ramah. Nama “Slewoh” di depan namanya—artinya “salib”—menunjukkan bahwa dia adalah pengikut Kristus.
Koordinator Dewan Pastoral Inti Paroki Kotabaru Jogja ini memang seorang penganut Katolik keturunan. “Kakek-nenekku sudah Katolik,” ujarnya dengan senyum di bibirnya yang ditutupi kumis tebal. Berbincang-bincang dengan dosen “Ilmu Komputer” di beberapa perguruan tinggi di Jogja ini memang mengasyikkan.
Bagaimana komentar putra Irak kelahiran Mosul ini tentang Amerika Serikat? Apa pendapatnya tentang Soeharto? Bagaimana kesannya terhadap hubungan Islam-Kristen di Indonesia? Bagaimana pula perayaan Natal di Irak? Ikuti wawancara Heru, Nugroho, Sari dan Xavier dengan calon doktor “Ilmu Komputer” UGM ini di kamar kost-nya di wilayah Pogung Baru, Jogja.
Bagaimana kehidupan orang Kristen di Irak?
Di Irak tidak ada ketegangan Islam-Kristen. Faktornya karena mereka sudah mengerti atau saling memahami. Kami semua kan orang Arab, jadi bahasanya ya bahasa Arab. Kami belajar Alquran bahasa Arab, Alkitab bahasa Arab. Alkitab saya ini (menunjukkannya kepada BAHANA) bilingual Arab-Inggris. (Ketika BAHANA lihat, versinya adalah New International Version dengan sampul hijau).
Di gereja kami berbahasa Arab. Kami mengerti agama itu urusan Tuhan. Tuhanlah yang berhak menghukum dan mengadili manusia. Kalau Anda beragama Islam, silakan menjalankan ajaran agama Anda sebaik-baiknya. Jika Anda beragama Kristen, ya lakukan ajaran Anda sebaik-baiknya. Di Irak tidak ada perusakan rumah ibadat baik Islam maupun Kristen. Saddam Husein, presiden kami, berkata, “Kita membangun masjid, memperbaiki gereja.”
Berapa banyak sih orang Kristen di Irak?
Umat nasrani di Irak dikit (maksudnya sedikit, red.). Pada tahun 1994 sekitar 5-10%. Kalau sekarang saya tidak tahu karena saya sudah meninggalkan Irak sejak tahun itu. Saya tiba di Indonesia pada 13 Januari 1994. Yang terakhir saya dengar jumlahnya sekitar 15%, tetapi angka pastinya saya tidak tahu.
Slewoh Riyad Mubarak Abdullah dilahirkan di Karakosh, Irak pada tanggal 14 September 1966. Dia anak pertama dari sepuluh bersaudara. Adik-adiknya sebagian tinggal di Irak, sebagian melalang buana ke negara lain sampai ke Hongaria. Pendidikan S1-nya ditempuh di Irak dalam bidang Ilmu Komputer, Fakultas MIPA, Universitas Mosul. Selesai tahun 1989. Tiga tahun kemudian Riyad mengajar di almamaternya. Pada tahun 1994 Riyad kursus intensif bahasa Indonesia di Fakultas Sastra Universitas Gajah Mada, Jogja. Setelah itu pemuda berwajah ganteng ini meneruskan pendidikan S2-nya di Jurusan Ilmu Komputer, Fakultas MIPA, UGM dan selesai pada tahun 1997. Pada tahun itu juga dia meneruskan kuliah S3-nya di jurusan yang sama tapi di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Elektro UGM . Kini dia mengajar Ilmu Komputer di Akakom dan Universitas Sanata Darma, Jogja. Di sela-sela kesibukannya mengajar, ketua bidang komunitas Umat dan sebagai prodiakon Gereja Kotabaru ini sering menulis karya ilmiah dan sebagian dipresentasikan di berbagai forum ilmiah di berbagai kota di Indonesia.
Ada kelompok-kelompok di Indonesia yang menginginkan berlakunya Syariah Islam, bagaimana keberadaan Islam di Irak? Syariah Islam diberlakukan, tetapi apa saja yang disebut Syariah Islam itu harus dimengerti dulu dan harus jelas. Di bidang hukum (di Irak) memang Hukum Islam yang berlaku. Tetapi tidak ada paksaan untuk memeluk agama Islam, artinya di Irak bebas beragama. Dulu Alquran memang pernah diusulkan untuk diajarkan di sekolah-sekolah, tetapi orang-orang Kristen kan tidak harus belajar.
Di Irak, walaupun negara Islam tetapi kebebasan agama dijamin. Jadi tidak separah di sini (maksudnya di Indonesia). Saya membaca di majalah di rumah sakit Bethesda ada 350 gereja yang dibakar. Alasannya gerejanya bagus sedangkan rumah penduduk di sekitarnya jelek-jelek.
Tahukah Anda gereja itu apa?
Gereja itu rumah Tuhan. Kita mengharapkan kehadiran Tuhan di situ. Jika kita memliki rumah, sekecil apa pun, kita tentu akan membuatnya nyaman untuk ditinggali. Bagaimana dengan Tuhan? Maka, menurut saya, jika orang membakar gereja karena gerejanya bagus atau dengan alasan apa saja misalnya cemburu, itu pikirannya sempit. Di Irak tidak seperti itu.
Di Indonesia ini benar-benar aneh! Kalau saya melihat gereja dijaga dan dilempari, itu tidak benar, menyakitkan betul. Mengapa? Karena seperti masjid, gereja adalah rumah Tuhan. Masa membakar rumah Tuhan?
Saya salut dengan teman-teman Muslim di Irak. Mereka dapat saling mengerti. Saya percaya ini adalah urusan Tuhan. Di Irak perbedaan antara Katolik dan Protestan tidak terlalu jauh. Paling-paling perbedaannya adalah aturan yang dibuat, sebagai contoh hari Natal sebelumnya beda dan setelah ada pertemuan antara tokoh-tokoh agama Kristiani disatukan.
Ngomong-ngomong bagaimana sih perayaan Natal di Irak? Kebiasaannya tidak seperti di Indonesia. Kalau di sana (Irak) ada tradisi saling cium, tetapi buku homo lho! (Tertawa).
Sebelum Natal tiba orang Kristen membeli baju baru dan perlengkapan yang lain. Di sana kalau Natal kami pakai pohon Natal yang asli, yaitu pohon sanobar. Ada yang besar ada yang kecil tergantung ruangannya. Pohon hidup itu bisa tahan sampai Paskah, bahkan kadang-kadang tidak dicabut. Kenapa? Yesus kan setiap hari lahir, ya kan?
Masakannya khas Arab yang terbuat dari gandum (Kubah). Ada juga penyedap untuk teh (Riyad menunjukkannya kepada kami). Namanya hel tetapi bukan neraka lho (tertawa).
Sebaliknya, jika puasa tiba, saya ditelpon teman muslim untuk buka puasa bersama, padahal aku tidak puasa. Itulah yang namanya kebersamaan. Kalau pas hari raya mereka, aku selalu mengunjungi teman-teman muslim. Di sana saya duduk, makan, minum. Kalau nggak begitu ya jalan-jalan.
Demikian juga kalau Natal. Banyak teman-teman muslim yang datang ke rumahku. Di sini pun (maksudnya Indonesia) kebiasaan itu berlaku. Kalau nggak percaya, besok hari Natal datang saja ke sini (maksudnya kostnya), teman-teman muslimku akan datang ke sini.
Di sana (Irak) orang muslim nggak pernah menganggap orang Nasrani itu najis. Kalau di sana hari Natal untuk orang Katolik/nasrani libur. Jika hari raya umat muslim kami juga mendapat libur.
Kalau Paskah?
Di sana Paskah lebih ramai ketimbang Natal. Paskah di sana diadakan di gereja. Semua dinding gereja ditutupi kain hitam tanda berkabung. Puasa di sana juga kuat. Misalnya malam hari Anda sudah makan malam, maka Anda tidak boleh makan lagi sampai jam dua belas siang keesokan harinya. Buka puasanya juga ada syaratnya, yaitu tidak boleh makan yang berhubungan dengan hewani seperti telur dan daging, tetapi ikan laut boleh. Kami puasa satu bulan sebelum Paskah. Jadi sekitar minggu ketiga bulan Februari).
Negara Anda juga ada masalah dengan Amerika, bagaimana Anda memandang konflik AS-Afganistan?
Sebenarnya kami anti AS bukan karena menyerang Afganistan. Aku tahu, sebenarnya ini bukan masalah agama, tetapi sikap ketidakadilan AS. Coba kalau kita lihat Amerika, emangnya dia Tuhan?
Aku sudah delapan tahun nggak bisa pulang. Kenapa keluarga harus menderita? Padahal aku dari keluarga cukup mampu, tanah sendiri hampir 27 hektar, rumah lebih dari satu.
Jika AS cari Osama, jangan membunuh orang donk! Katanya canggih. Jangan menghancurkan rumah orang tanpa alasan. Tapi saya juga tidak bisa terlalu menyalahkan (AS). Namanya perang itu selalu terjadi human error (kesalahan manusia).
Kenapa Tuhan menciptakan manusia lebih dari binatang? Karena Tuhan memberikan otak sehingga Manusia diberikan kekuasaan atas bumi (lebih hebat dari binatang). Tetapi kadang-kadang sikap kita juga hewani. Itulah sebabnya orang bilang kecantikan manusia itu ada pada otaknya. Makanya peristiwa WTC itu saya percaya adalah campur tangan Tuhan juga supaya Amerika sadar. Jangan sampai AS merasa dirinya paling hebat dengan mengembargo Irak, mengembargo Libia. Manusia itu seharusnya kan saling mengasihi. Amerika menyerang Afganistan seperti singa yang luka.
Aku juga sangat sedih dengan apa yang terjadi di Indonesia. Saya sedih melihat perang yang terjadi di Aceh dan Ambon. Maka ada yang bilang, “Mungkin kalau didatangkan Saddam Husein baru masalah ini akan beres.”
Kita sudah lama bersaudara, mengapa harus saling membunuh. Buat apa? Balas dendam itu tidak akan selesai. Makanya aku lebih suka damai. Kita punya waktu beberapa tahun untuk hidup. Masa kita habiskan untuk perang? Coba lihat di Irak, boleh dikata perang terus. Hampir dua puluh tahun umurku habis karena perang. Kapan aku bisa menikmati hidupku? Jangan pakai emosi. Kita pakai otak. Kita bisa bermusyawarah. Selesai.
YESUS KRISTUS mengasihi Anda..
(Sumber: Nugroho/Xavier, Majalah Bahana)