GAYA HIDUP YANG PALING DISUKAI ALLAH
Tuhan mengingatkan saya tentang beberapa ayat dalam kitab Wahyu saat Ia berfirman untuk mempersiapkan gerejaNya menghadapi akhir zaman. Allah mengingatkan gerejaNya bahwa Allah Tritunggal senantiasa berdiam di tengah-tengah gerejaNya (Wahyu 1:4). Kita ditebus darah Kristus untuk bergabung ke dalam rumahNya (Wahyu 1:5). Namun, yang tidak disadari oleh gereja adalah tentang tujuan penebusan Kristus. “dan yang telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah, Bapa-Nya, –bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya. Amin.” – Wahyu 1:6
Ternyata, Allah menebus kita dan mengumpulkan kita ke dalam rumahNya, agar supaya kita menjadi kerajaan imam. Kita diselamatkan bukan demi keselamatan itu, tetapi supaya kita menjadi imam-imam bagi Allah. Kerajaan Allah disebut kerajaan imam, artinya kerajaan yang semua anggotanya adalah imam-imam. Di dalam Perjanjian Lama, hanya orang-orang lewi yang boleh menjadi imam (Bilangan 3:9-10). Di dalam beberapa gereja, hanya “kaum pendeta” dan “kaum fulltimer” saja yang merupakan imam-imam, sedangkan yang lainnya disebut orang awam (orang bodoh). Namun Allah ingin agar setiap orang percaya berfungsi penuh sebagai imam.
ARTI DAN FUNGSI IMAM
Apakah artinya menjadi seorang imam? Seorang imam adalah seorang pengantara (Ibrani 7:25-26). Peran seorang imam besar adalah menjadi pengantara antara Allah dengan orang berdosa. Ia membawa orang berdosa kepada Allah dan membawa pengampunan Allah kepada orang berdosa.
Para imam di bait Allah bertugas melayani umat Tuhan. Mereka mendengar dan menemukan kebutuhan-kebutuhan umat Tuhan. Mereka membawa dosa-dodsa, kelemahan-kelemahan, dan persoalan-persoalan umat kepada Tuhan. Kemudian membawa kuasa pemulihan dan pengampunan Tuhan kepada umatNya. Boleh dikatakan bahwa imam bertugas membawa manusia ke hadirat Tuhan dan membawa hadirat Tuhan kepada manusia. Tugas imam tidak bisa dipisahkan dari rumah Tuhan, karena mereka membangun dan melayani rumah Tuhan. Imam selalu berurusan dengan hadirat Tuhan.
Di dalam Perjanjian Lama, perabot-perabot bait Allah yang berkaitan dengan hadirat Allah hanya boleh disentuh oleh para imam maupun kaum Lewi. Tanpa mereka, tabut perjanjian yang melambangkan hadirat Allah, tidak boleh dibawa dan dipindahkan. Itulah sebabnya, ketika Daud gagal memindahkan tabut perjanjian dengan kereta yang ditarik oleh sapi (cara orang Filistin), maka Tuhan menyatakan kepadanya bahwa tabut tersebut hanya boleh dipindahkan oleh imam-imam dan kaum Lewi. Daud belajar satu hal yang sangat mendasar, yaitu, “Hadirat Allah hanya dapat dibawa dan diekspresikan oleh imam-imam dan kaum Lewi.” Oleh sebab itu, Daud yang rindu akan hadirat Tuhan menyuruh imam-imam dan kaum Lewi untuk melayani di hadapan tabut perjanjian, di dalam kemah Daud, setiap hari (1 Tawarikh 15; 16; 25). Daud mengatur 24 kelompok kaum Lewi yang masing-masing terdiri dari 12 orang. Setiap kelompok bertugas kira-kira 1 jam setiap hari untuk bermazmur, bernubuat, dan menyampaikan firman Tuhan. Tanpa disadari, ia sedang bernubuat tentang lahirnya gereja perjanjian baru yang berbentuk pertemuan-pertemuan imam-imam di rumah, dimana semua orang berfungsi sebagai imam (Kisah Para Rasul 2:41-47; 1 Korintus 14:23-26).
GAYA HIDUP IMAM
Walau Allah maha hadir dan tinggal di dalam jemaatNya, namun Ia hanya mengekspresikan kehadiranNya melalui imam-imam. Semakin banyak orang percaya yang berfungsi sebagai imam, semakin penuhlah kehadiran Allah dinyatakan dalam komsel-komsel. Jikalau hanya satu atau dua orang yang berfungsi sebagai imam di dalam komsel, maka semakin kuranglah kehadiran Allah yang dinyatakan di dalam komsel. Diperlukan imam-imam yang berfungsi di keluarga, agar kuasa kehadiran Allah dinyatakan di dalam keluarga. Suami istri yang saling berfungsi sebagai imam akan menyebabkan kuasa kehadiran Tuhan makin nyata dan pernikahan mereka menjadi kuat dan terjadi pemulihan demi pemulihan. Demikian pula dalam pekerjaan, bisnis, pendidikan, dan semua bidang yang lain memerlukan imam-imam yang berfungsi untuk menyatakan kehadiran Allah di sana.
Apakah gaya hidup imam itu?
Ada 3 gaya hidup seorang imam.
1. Mendengar dengan empati.
Seorang imam mendengarkan. Tanpa mendengar dengan empati, tidak ada pengaruh yang baik terhadap orang yang didengarkan maupun yang mendengarkan. Mendengar dengan empati terjadi bila kita berdiri pada posisi Tuhan yang penuh belas kasihan. Bila kita mendengar dari posisi Tuhan, kita bisa menemukan akar penyebab persoalan / dosa dari orang-orang yang didengarkan. Mendengar dengan empati juga menyebabkan munculnya pikiran-pikiran bawah sadar yang masih tersembunyi. Dengan demikian, pikiran-pikiran tersebut dapat disingkirkan. Mendengar dengan empati menyebabkan kesembuhan pikiran, baik pada orang yang didengar maupun pada orang yang mendengar. Mendengar menyebabkan ditemukannya kebutuhan-kebutuhan yang sesungguhnya, yang tersimpan di dalam hati manusia.
2. Bersyafaat
Gaya hidup kedua yang sangat penting setelah mendengar adalah bersyafaat. Seorang imam selalu membawa pergumulan orang lain kepada Tuhan dalam doa syafaat. Seorang imam tidak memiliki jawaban dan kuasa untuk mengubah orang lain, tetapi ia mempunyai Allah sebagai sumber kuasanya. Melalui doa syafaat, orang-orang mengalami kehadiran Allah dan menerima jawaban atas persoalan hidupnya. Kunci untuk menyatakan hadirat Allah kepada orang lain adalah doa syafaat. Setiap orang percaya tidak dipanggil untuk menjadi hakim, tetapi menjadi pensyafaat. Inilah gaya hidup yang dikehendaki Allah atas setiap orang percaya.
3. Mendengar secara profetik dan bertindak secara apostolik
Gaya hidup syafaat pasti membawa imam untuk mendengar isi hati Tuhan. Seorang imam akan mendengar secara profetik. Ketika seorang imam membawa orang lain pada Tuhan lewat doa syafaat, maka ia pasti membawa suara Tuhan kepada orang lain. Apa yang didengar secara profetik pasti mengarahkan imam untuk membangun rumah Tuhan. Ingat, seorang imam selalu membangun rumah Tuhan. Itulah tindakan apostolik. Jadi, seorang imam akan selalu mendengar secara profetik dan bertindak secara apostolik.
Inilah ketiga gaya hidup yang harus selalu dipraktekkan oleh kita. Inilah gaya hidup yang berkenan kepada Tuhan. Marilah kita mempraktekkannya dalam hidup kita setiap hari.
sumber : Eddy Leo, Penatua Jemaat Abbalove Ministries.