levitra

Perang yang tak berprikemanusiaan di Sudan Selatan

Published on Jun 16 2014 // Berita Dunia, Berita Foto, Berita Gereja
perang
“Perang yang tak berprikemanusiaan di Sudan  Selatan harus diakhiri sekarang” kata Sekjend DGD Rev. Dr. Olav Fykse Tveit,  saat mengikuti kunjungan pastoral  dari   delegasi  tingkat tinggi ekumenikal, ke gereja gereja lokal di Juba, Sudan Selatan pada tgl 2 Mei 2014.
“Hal ini sangat mengejutkan bagaimana para pemimpin dari kedua belah pihak yang terlibat dalam konflik tersebut telah menyebabkan orang-orang mereka menderita  dan sengsara” ucap Tveit. “ Dari cerita-cerita yang saya dengar  adalah mustahil untuk memahami skala pembunuhan dan kekejaman yang  sedang terjadi”.Tveit menekankan perlunya kedua pihak untuk duduk kembali bernegoisasi pada minggu ini  untuk sepakat dan dengan segera menyatakan genjatan senjata.  Hal ini akan membutuhkan bantuan berbagai kelompok, termasuk aliansi ACT, untuk merespon secara efektif akan krisis kemanusiaan yang diakibatkan oleh kekerasan.Delegasi Ekumenikal, yang dipimpin oleh Moderator Komite pusat DGD Dr. Agnes Abuom , termasuk Sekjend Aliansi ACT John Nduna, Sekjend The World YWCA Nyaradzayi Gumbonzvanda, mantan Sekjend DGD dan utusan khusus Ekumenikal Sudan Selatan dan Sudan Rev. Dr. Samuel Kobia, yang juga mewakili Konfrensi Gereja Afrika, dan Eksekutif Program dan pendampingan Afrika  DGD, Dr. Nigussu Legesse.Selama mereka mengunjungi  berbagai kelompok yang menyatakan solidaritas dengan gereja-gereja lokal, pendampingan bagi genjatan senjata, Tveitmeminta untuk  membicarakan kemajuan akan kedamaian yang berkelanjutan dan mendorong dukungan  akan prakarsa kemanusiaan di negara tersebut. Pertama sekali mereka bertemu dengan Wakil presiden Sudan Selatan, James Wani Iggga, perwakilan PBB Sudan Selatan, Hilde Frafjord Johnson dan 4 tahanan politik dari pihak oposisi di Juba,  yang baru baru ini dirilis oleh Pemerintah Sudan Selatan.Menyerukan kepada  Presiden Sudan Selatan  Savar Kiir  dan komandan pemberontak Riek Machar  untuk diikut sertakan dalam pembicaraan damai, kelompok ini mengatakan bahwa  para pemimpin haruslah menemukan sebuah solusi untuk mengakhiri konflik,  cukuplah kerusakan yang telah terjadi.

Veit mengatakan bahwa ribuan orang telah terbunuh dan banyak yang telah terlantar. jika mereka tidak dapat menanam benih pada bulan yang akan datang “Mereka akan menghadapi ancaman kelaparan yang akut” “, dia mengingatkannya.

Solidaritas dengan Gereja gereja di Sudan selatan.

Satu tujuan dari Kunjungan pastoral  adalah  mendorong gereja-gereja di Sudan untuk menekan  mengakhiri penderitaan. Delegasi tersebut membawa pesan bahwa ada gereja-gereja di dunia ini yang solider dengan mereka. “ Orang-orang dan gereja-gereja di Sudan Selatan harus tahu mereka tidak sendiri sebagaimana mereka meneriakkan kedamaian dan keadilan. Tveit mengatakan “ Dunia tidak meninggalkan Sudan selatan sendiri”.

“Sebagaimana kita mendukung  Sudan selatan dalam perjuangan memperoleh kemerdekaan mereka, kita mesti mendukung mereka pada masa krisis ini”. Persekutuan Internasional mesti  menyampaikan pesan akan resiko paceklik dan kelaparan, sebut Tveit.

Tveit mengekspresikan apresiasinya pada usaha-usaha kemanusian oleh PBB dan Aliansi ACT di Sudan Selatan, dengan mengatakan bahwa dia berharap dapat melihat hasil nyata pada masa mendatang akan  pertemuan bulan Mei di Oslo yang ditujukan untuk memberikan peningkatan bantuan kemanusiaan di daerah tersebut.

Berbicara tentang Gereja-gereja di Sudan Selatan, delegasi ini merekomendasikan bahwa gereja memiliki sumber kekakayaan spritualitas dalam menolong menemukan cara mewujudkan kedamaian.

Gereja-gereja di Sudan Selatan memiliki aturan yang signifikant dalam dialog nasioanl yang ditegaskan dalam kesatuan dan pemahaman membangun bangsa dengan penguatan  pada proses rekonsialisasi, Tveit mengatakan ”dalam proses rekonsiliasi, kaum muda dan perempuan harus diberdayakan.”

Kami akan berdoa dan bekerja dengan gereja-gereja di Sudan selatan, saat mereka terus menerus memahami  perjuangan mereka adalah ziarah bagi keadilan dan perdamaian, sebut Tveit.

Tveit juga menegaskan bahwa keadilan haruslah  dipulihkan setelah kedamaian ditegakkan. Dia mengatakan bahwa seharusnya ada mekanisme keadilan pada tataran negara dan internasional yang seharusnya menyelidiki kekejaman di Sudan Selatan dan meratakan jalan pada rekonsiliasi.

Delegasi tersebut juga bertemu dengan Bishop Sudane Selatan Michael Taban Toro, Rev. Mark Akec Cien dan perwakilan Aliansi ACT, Finish Church Aid, Caritas Internationalis and Norwegian Church Aid di Juba.

 

 

 

sumber : www.oikumene.org

Leave a comment

Subscribe to our RSS Feed! Follow us on Facebook! Follow us on Twitter! Visit our LinkedIn Profile!