levitra

GERAKAN INJILI MASIH HARUS MENCARI BENTUK YANG TEPAT

Published on Jul 26 2014 // Berita Gereja
Pemikiran kaum injili terbukti sangat kuat dan menonjol di tengah pergerakan besar Kristiani belakangan ini, setelah sekian lama dulunya pergerakan kelompok minoritas yang mendasarkan pergerakannya pada Injil tersebut mengalami penganiayaan.

PATTAYA, Thailand – Pemikiran kaum injili terbukti sangat kuat dan menonjol di tengah pergerakan besar Kristiani belakangan ini, setelah sekian lama dulunya pergerakan kelompok minoritas yang mendasarkan pergerakannya pada Injil tersebut mengalami penganiayaan. “Bahkan di tempat seperti Inggris, 40 tahun silam, kaum injili juga dibenci. Kelompok tersebut begitu kecil dan bahkan kaum Liberalis sampai menetapkan agenda mengenai masalah tersebut,”ungkap John Langlois, seorang anggota dewan eksekutif Aliansi Injili Dunia. Pada masa kini, kelompok injili telah mengalami perkembangan dalam jumlah pengikutnya di seluruh dunia sekitar 420 juta Kristiani dan telah menjadi salah satu kelompok kepercayaan yang paling berpengaruh, yang mana bahkan seringkali pejabat pemerintah mengajak mereka untuk dapat memberikan suara etisnya atau dimintai bantuan oleh kelompok internasional. Bahkan Dewan Gereja-gereja Dunia, sebuah organisasi dunia yang meliputi berbagai macam denominasi, saat ini juga mengharapkan bantuan dari kelompok injili setelah dahulu pada awalnya mereka juga pernah menolak kelompok tersebut, menurut Langlois, yang menandai tahun ke 60 ini sebagai waktu dari kelahiran kembali ke-Kristenan dan mengakui masa 40 tahun pembinaan dan kepemimpinan dari WEA. Meskipun demikian, tetap kelompok Injili dalam perkembangannya bukanlah tanpa tantangan. Terjadi banyak penyimpangan citra pergerakkan yang dilakukan oleh banyak televangelis yang memiliki jutaan pengikut, keluh Langlois. “Para badut Amerika tersebut sama sekali tidak menggambarkan tentang siapa sebenarnya kami. mereka tidak ubahnya seperti kartun dari kami sebagai Kristiani,’ujarnya. “Salah satu masalah kami saat ini adalah untuk mengubah stereotip kaum injili sebagaimana yang ada di God TV–banyak penginjil yang pada saat mereka naik dan turun panggung disambut oleh para pemuja mereka yang mana kenyataannya kebanyakan penginjil di dunia tidaklah seperti itu. Mereka adalah orang biasa, dan mungkin mereka hanya tinggal di desa, dibenci banyak orang, dan sangat miskin. Mereka hanya hidup mengikuti Yesus. Dan saya ingin kita menjadi seperti itu, menjadi pengikut Yesus,”jelas Langlois. Untuk menjadi bagian dari pengikut Yesus adalah dengan cara melakukan apa yang kerap kali Dia telah katakan – yakni memperhatikan mereka yang miskin. Langlois percaya bahwa pergerakan injili harus semakin maju dengan Injil yang lebih holistik, menyebarkan kebenaran dan dapat dipercaya serta menjadi saksi melalui berkotbah “Mereka tidak dapat pergi hanya dengan berkotbah,”dia berkata kepada para injili. “Mereka harus membantu yang miskin. Itu kenapa Bala Keselamatan selalu memiliki citra yang lebih baik dibanding lainnya karena setiap orang tahu bahwa mereka memperhatikan orang miskin Rabu lalu, para delegasi WEA berkumpul di Thailand untuk mengadakan general assembly yang pertama kalinya bagi organisasi tersebut dalam enam tahun setlah disetujuinya resolusi komite untuk mencapai Tujuan-tujuan Pertumbuhan Milenium, memerangi kemiskinan global, menyerukan kepada gereja untuk melakukan tindakan guna memerangi HIV, dan melestarikan ciptaan. Lebih dari 40 tahun lalu, pergerakan injili telah menjadi semakin matang, Langlois percaya hal itu, sebagaimana terjadi perubahan dalam warisan kolonialisme dulu. Saat ini, penginjilan menghadapi tantangan untuk mengubah persepsi yang ada bahwa injili adalah agama dari negara barat. “Jika anda bertanya kepada seseorang tentang darimanakah injili berasal, maka mereka akan menjawab Amerika Serikat,”katanya. “Kita semua adalah sama…injili adalah agama dunia, memberikan kesaksian tentang Yesus Kristus.” Langlois berharap WEA dapat melayani secara nyata dengan citra gereja injili internasional. Geoff Tunnicliffe, direktur internasional WEA, menyampaikan point ini dalam General Assembly Persekutuan tersebut minggu ini, dan mengatakan bahwa injili tidak hanya ada secara resmi di Vancouver, Kanada, yang merupakan pusatnya. “WEA juga milik Mesir, Bulgaria, Uruguay, Amerika Serikat, Perancis… seperti halnya Campus Crusade… ini adalah komunitas kita. Kita adalah anggota WEA,”dengan tegas dikatakan Tunnicliffe kepada ratusan delegasi dan anggota dari seluruh dunia Rabu lalu. General Assembly WEA yang berlangsung di Pattaya, Thailand, berakhir Kamis (30/10) kemarin setelah megadakan pertemuan secara intensif serta merumuskan visi. Pertemuan tersebut dihadiri oleh lebih dari 500 orang Kristen Injili dari lebih 100 negara, termasuk para perwakilan dari Persekutuan Pentakosta Dunia, kelompok Mennonite, Persekutuan Gereja-gereja Reformed Dunia, aliran Karismatik, Dewan Kristen Cina yang disetujui oleh negara, dan badan-badan sejarahwan gereja. Organisasi lainnya yang juga ikut serta dalam General Assembly WEA termasuk Campus Crusade for Christ, Lausanne Committee for World Evangelization, dan Pusat Misi Dunia AS. sumber : Kristiani Pos

pglii

Leave a comment

Subscribe to our RSS Feed! Follow us on Facebook! Follow us on Twitter! Visit our LinkedIn Profile!