kehidupan Hagar dan Ismael
Habis manis sepah dibuang. Peribahasa ini bisa dipakai untuk menggambarkan kehidupan Hagar dan Ismael. Hagar adalah budak perempuan Sara, istri Abraham. Sara mengajukan Hagar untuk menjadi istri Abraham untuk memperoleh anak. Sesuai adat pada masa itu, anak dari Hagar akan memanggil Sara, Sang Permaisuri, Ibu dan memanggil Hagar, ibu kandungnya sendiri, Bibi.
Dengan demikian, meski Ismael bukan darah dagingnya sendiri, di mata Sara Abraham telah mendapatkan keturunan. Sebagai seorang kepala suku, Abraham memang perlu keturunan.
Abraham, orang pilihan Allah itu, berpikir selogis istrinya. Bukankah yang penting punya anak, entah dari Sara maupun Hagar? Lagipula, cara semacam itu lumrah pada waktu itu. Dengan pikiran jernih dan logis, Abraham pun menerima Hagar menjadi istri. Dan benar, dia mendapatkan Ismael.
Menarik dicermati, nama Ismael berarti Allah mendengar (Kej. 16:11). Agaknya, ketika Abraham mendapatkan Ismael, dia sangat yakin bahwa Ismael adalah jawaban Tuhan akan doa-doanya selama ini. Abraham meyakini bahwa Allah memedulikannya. Sekali lagi, Abraham sangat membutuhkan anak. Nama Ismael, semakin membuat Abraham yakin bahwa Ismael merupakan anugerah Tuhan.
Mulanya, Abraham sangat menyayangi Ismael. Ketiadaan teguran Allah terhadap tindakannya, membuat Abraham yakin bahwa perbuatan mengambil Hagar sebagai istri merupakan kehendak Tuhan. Di sini, kita perlu berhenti sejenak dan merenungkan sebuah kenyataan sejarah: Kalau Tuhan tidak melarang, belum tentu Tuhan menyetujui apa yang kita lakukan! Di sini dituntut sebuah kearifan.
Tetapi, kelahiran Ishak dan kecemburuan Sara memaksa Abraham harus memilih. Dan Abraham lebih memilih Ishak. Bahkan, atas perintah Sara, Abraham pun mengusir Ismael dan ibunya. Dan semakin jelaslah kenyataan hidup Hagar dan Ismael: habis manis, sepah dibuang.
Meski kasih sayang Abraham berubah, Allah tetap mengasihi Hagar dan Ismael. Jika manusia berpola habis manis sepah dibuang, Allah tetap setia. Allah tetap peduli. Dia tahu, Hagar dan Ismael adalah korban tindakan tuan dan puan mereka. Dan Allah senantiasa berdiri di pihak para korban.
Jangan pula kita lupa, nama Ismael berarti Allah mendengar. Dan Allah memang mendengar penderitaan Ismael. Bahkan, Allah menjadikan Ismael bangsa yang besar pula.
Penulis: Yoel M Indrasmoro [SatuHarapan]