PDT.BUDI ASALI : SEKELUMIT TENTANG KHARISMATIK
SEKELUMIT TENTANG KHARISMATIK
I) Sejarah singkat:
- Gereja Pentakosta mulai ada pada kurang lebih tahun 1901.
- Kalau pada awal abad ke 16 muncul gereja Protestan dari kalangan gereja Roma Katolik, maka pada awal abad 20 muncul gereja Penta-kosta dari kalangan gereja Protestan. Tetapi timbulnya Protestan disebabkan karena penyimpangan-pengimpangan dalam gereja Roma Katolik dan keinginan para tokoh Reformasi (Martin Luther, John Calvin dsb) untuk kembali pada ajaran kristen yang sudah ada sejak abad pertama (Back to the Bible). Sedangkan pecahnya Pentakosta dari Protestan menimbulkan ajaran dan praktek yang baru.
Catatan:
Kalau saudara ingin tahu tentang munculnya gereja Protestan dari antara gereja Roma Katolik, bacalah buku saya yang berjudul “Roma Katolik vs Kristen Protestan”.
- Peristiwa ini dimulai dengan adanya seorang perempuan yang bernama Agnes Ozman, yang dianggap sebagai orang pertama yang mencari baptisan Roh Kudus dengan bahasa Roh dan menerimanya. Peristiwa yang terjadi di Azusa Street pada tanggal 1 Januari 1901 dan inilah yang melahirkan gerakan / gereja Pentakosta (John F. MacArthur, Jr. dalam buku ‘The Charismatics’, p 62).
- Selama lebih kurang 50 tahun aliran Pentakosta itu tetap merupakan suatu aliran yang kecil, tetapi pada tahun 1955 mulai menyebar.
- Pada bulan April 1960, rektor dari Episcopal Church di Van Nuys, California, yang bernama Dennis Bennet mengumumkan kepada jemaat bahwa ia menerima baptisan Roh dan bahasa Roh / lidah. Peristiwa ini masuk televisi dan surat kabar di Amerika, dan juga masuk buku-buku, dan peristiwa ini disebut-sebut sebagai peristiwa yang menyebabkan ter-sebarnya gerakan Kharismatik.
- Sesuatu yang perlu diperhatikan dari sejarah singkat Kharismatik ini adalah bahwa Kharismatik baru muncul pada abad ke 20! Kalau memang ajaran Kharismatik ini berasal dari Kitab Suci, mengapa dibutuhkan lebih dari 19 abad untuk menemukannya?
II) Istilah ‘Kharismatik':
Kata Yunani CHARIS berarti Grace (= kasih karunia).
Kata Yunani CHARISMA berarti Gift (= karunia).
Kata Yunani CHARISMATA berarti Gifts (= Karunia-karunia).
Penggunaan kata CHARISMA / CHARISMATA sangat luas:
- Dalam Ro 12:6 dan 1Kor 12:4, CHARISMA berarti karunia-karunia untuk melayani.
- Dalam Ro 1:11, CHARISMA tidak menunjuk pada karunia-karunia untuk melayani, tetapi mungkin menunjuk kepada penguatan iman (baca Ro 1:12).
- Dalam 2Kor 1:11, CHARISMA menunjuk pada pembebasan yang dialami oleh Paulus (baca 2Kor 1:10). Karena itu, NASB menterjemahkan favor (= kemurahan hati / bantuan / pertolongan), dan NIV menterjemahkan gracious favor (= bantuan / pertolongan yang murah hati).
- Dalam 1Kor 7:7, CHARISMA menunjuk pada karunia menikah dan karu-nia membujang (celibat).
- Dalam Ro 11:29, Kitab Suci Indonesia salah terjemahan karena kata Yunani yang digunakan adalah CHARISMATA dan karena itu, seharus-nya bukan diterjemahkan ‘kasih karunia’ tetapi ‘karunia-karunia’. Dan di sini, kata itu menunjuk pada hak-hak istimewa yang diberikan Allah kepada Israel.
- Dalam Ro 5:15a,16b, kata CHARISMA menunjuk kepada kebenaran dan hidup di dalam Kristus.
- Dalam Ro 6:23, CHARISMA menunjuk pada hidup kekal.
Kesimpulan:
CHARISMA / CHARISMATA adalah suatu istilah yang sangat flexible, karena istilah itu bisa digunakan dalam banyak arti. Tapi arti-arti yang banyak itu bukannya tidak berhubungan satu dengan yang lain. Semua CHARISMA / CHARISMATA adalah perwujudan dari CHARIS (= kasih karunia) dan setiap perwujudan dari CHARIS adalah CHARISMA / CHARISMATA (bdk. Ro 12:6a).
Dari sini kita bisa mendapatkan beberapa hal:
1) Menggunakan istilah ‘Kharismatik’ untuk menyebut satu golongan orang kristen sebetulnya adalah salah! Seseorang bisa menjadi orang kristen jelas karena kasih karunia Allah (bdk. Ef 2:8-9). Itu adalah karunia Allah bagi orang itu. Jadi, sebetulnya setiap orang kristen adalah ‘orang Kharismatik’! Dan karena keberadaan gereja juga adalah perwujudan kasih karunia Allah, maka sebetulnya setiap gereja adalah ‘gereja Kharismatik’!
Catatan:
Karena istilah ‘Kharismatik’ ini sudah terlanjur digunakan secara salah (salah kaprah), maka dalam buku ini saya tetap menggunakan istilah itu sesuai dengan penggunaan pada umumnya.
2) Ajaran yang memisahkan karunia-karunia untuk pelayanan menjadi 2 golongan, yaitu karunia-karunia yang bersifat kharismatik (seperti bahasa roh, nubuat, dsb) dan karunia-karunia yang bersifat non kharismatik (seperti mengajar, dsb) adalah salah! Semua karunia-karunia merupakan perwujudan dari kasih karunia Allah, dan karena itu sebetulnya semua karunia-karunia itu bersifat kharismatik!
3) Memisahkan sama sekali antara ‘karunia-karunia Roh’ (untuk pelayanan) dan ‘buah Roh’ adalah sesuatu yang salah! Memang ‘karunia-karunia Roh’ berbeda dengan ‘buah Roh’. Tetapi keduanya adalah perwujudan dari kasih karunia Allah. Jadi, sebetulnya buah Roh juga termasuk ka-runia!
III) Mengapa Kharismatik tumbuh begitu cepat?
1) Pada umumnya ajarannya enak didengar telinga (bdk. 2Tim 4:3-4).
Contoh:
- Pada umumnya mereka memang menegur dosa, tetapi lalu mengata-kan bahwa hal itu disebabkan karena adanya roh tertentu dalam diri kita (roh zinah, roh kemalasan, dsb). Cara mengkambinghitamkan roh jahat / melemparkan kesalahan kepada roh jahat seperti ini menye-babkan jemaat tidak merasa sakit hati / marah karena teguran itu.
- Pada umumnya mereka mengajarkan bahwa orang kristen yang sakit pasti sembuh, orang kristen pasti kaya, bebas dari kesukaran, dsb.
Ajaran seperti ini jelas jauh lebih enak didengar telinga dari pada ajaran yang menunjukkan bahwa kalau ikut Yesus berarti kita meng-ambil jalan yang sempit (Mat 7:13-14), atau ajaran yang mengharus-kan kita untuk menyangkal diri dan memikul salib (Mat 16:24), atau ajaran yang mengatakan bahwa kalau kita mengikut Yesus kita pasti akan mengalami segala penderitaan dan penganiayaan dari dunia (Mat 5:10-12 Yoh 15:18-20) dsb.
Catatan:
Tidak ada keseragaman dalam ajaran Kharismatik, sehingga bisa terjadi perbedaan yang sangat besar antara orang Kharismatik yang satu dan orang Kharismatik yang lain. Tidak semua orang Kharismatik mengajarkan bahwa orang kristen harus kaya, bebas dari problem, dsb. Tetapi ada banyak yang mengajar begitu.
- Khotbah-khotbahnya pada umumnya dipenuhi dengan dongeng, ke-saksian dan lelucon, yang jelas lebih mudah didengar dari pada suatu khotbah yang betul-betul mendalami Kitab Suci.
2) Penekanan puji-pujian dan musik.
Ini bisa membuat orang yang sumpek menjadi senang / lega. Tetapi harus diingat bahwa hal yang sama juga bisa terjadi kalau orang mendengar musik duniawi. Pada umumnya ini merupakan kelegaan / sukacita yang semu / sementara, kecuali kalau puji-pujian rohani dan musik itu disertai dengan pengajaran Firman Tuhan yang baik.
3) Adanya claim bahwa mereka bisa melakukan mujijat.
Ada 2 hal yang perlu diperhatikan berhubungan dengan hal ini:
- Mujijat / sesuatu yang bersifat supranatural / gaib selalu menarik perhatian manusia (pertunjukan debus, jaran kepang dan tenaga dalampun ditonton banyak orang!).
Kalau ada 2 kesaksian dimana yang satu adalah kesaksian yang ‘biasa-biasa’ saja (misalnya seseorang bersaksi bahwa ia disembuh-kan oleh Tuhan melalui seorang dokter), sedang yang satunya adalah kesaksian tentang suatu mujijat kesembuhan, maka jelas bahwa kesaksian yang kedua lebih menarik untuk didengar.
- Orang yang sakit berat yang secara medis sudah tidak ada harapan, tentu akan coba-coba pergi ke gereja yang mengclaim bisa memberi-kan kesembuhan ilahi.
Tetapi perlu diingat bahwa sekalipun mujijat bisa mengumpulkan banyak orang, tetapi mujijat tidak menjamin terjadinya pertobatan yang sejati. Contohnya bisa saudara lihat dalam Yoh 6 dimana lebih dari 5000 orang yang dikenyangkan secara mujijat oleh Yesus dengan menggunakan 5 roti dan 2 ikan itu (Yoh 6:1-15) akhirnya meninggal-kan Yesus (Yoh 6:66). Bandingkan juga dengan Yoh 2:23-25 dan Yoh 11:45-53 yang jelas menunjukkan bahwa mujijat tidak menyebabkan orang sungguh-sungguh percaya kepada Yesus..
4) Suamnya gereja-gereja Protestan pada umumnya!
Tidak adanya Injil, dan pemberitaan Firman Tuhan / khotbah yang ‘asal jadi’ dalam banyak gereja Protestan yang liberal ataupun yang suam, menyebabkan orang kristen yang haus secara rohani lalu menjadi liar dan mencari kebutuhan rohani itu di gereja / persekutuan Kharismatik. Kalaupun di situ mereka tidak mendapatkan Firman Tuhan yang bagus, setidaknya pujian-pujian, musik, dan pembangkitan emosi dalam kebak-tian-kebaktian itu membuat mereka menjadi lega (sekalipun mungkin sekali kelegaan itu adalah sesuatu yang bersifat semu / sementara).
Karena itu, pendeta-pendeta gereja Protestan yang melihat dombanya ‘dicuri’ oleh gereja / persekutuan Kharismatik seharusnya bukannya menjadi marah kepada ‘pencuri domba’ itu, tetapi seharusnya mengintrospeksi dan memperbaiki dirinya sendiri, khususnya dalam hal khotbah / pemberitaan Firman Tuhan. Kalau mereka betul-betul memberikan ma-kanan rohani yang baik, dan bukan khotbah yang ‘asal jadi’, pasti domba-domba itu tidak akan lari (mungkin hanya kambing-kambingnya yang lari)! Bdk. Yoh 10:3-5.
Catatan:
Bahwa gereja Kharismatik tumbuh pesat, tidak menjamin bahwa mereka benar-benar tumbuh dalam pandangan Tuhan. Kalau orang-orang itu datang ke gereja hanya untuk mendapat berkat / kesembuhan, jelas itu tidak bisa disebut sebagai pertumbuhan yang sejati. Juga, ‘tumbuh pesat’ tidak menjamin bahwa mereka diberkati oleh Tuhan atau bahwa ajaran mereka itu benar. Banyak agama-agama lain, bahkan sekte-sekte sesat, yang juga ‘tumbuh pesat’!
IV) Hal-hal yang positif tentang Kharismatik:
1) Adanya Injil.
Dibandingkan dengan kebanyakan gereja Protestan, apalagi gereja-gere-ja Protestan yang sudah dikuasai golongan Liberal (yang mempercayai bahwa di luar Kristus ada jalan keselamatan), maka pada umumnya dalam gereja-gereja Kharismatik lebih banyak pemberitaan Injil (sekalipun juga ada banyak di antara mereka yang menyelewengkan Injil, karena mereka tidak menekankan Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan, tetapi sebagai Pelaku mujijat / Penyembuh / Pemberi berkat / kekayaan).
2) Pada umumnya mereka lebih berani.
Pada umumnya mereka lebih berani dalam melakukan sharing, dan juga dalam menyatakan Yesus sebagai Tuhan / Juruselamat, dan juga Yesus sebagai satu-satunya jalan ke surga, kepada orang-orang yang beragama lain sekalipun.
Keberanian ini seharusnya ditiru oleh gereja-gereja Protestan, yang biasanya selalu bersikap ‘bijaksana’ (atau ‘bijaksini’?) dengan tidak memberitakan Injil kepada orang non kristen.
3) Pada umumnya mereka lebih berkobar-kobar bagi Tuhan, baik dalam hal melayani, memberitakan Injil, mensharingkan pengalaman mereka / ber-kat Tuhan yang mereka terima, mengajak orang lain ke gereja, maupun dalam memberi persembahan (sekalipun dalam hal ini motivasinya seringkali salah).
Adalah sesuatu yang aneh kalau orang Protestan, yang sering mengang-gap bahwa dirinya lebih mengerti Firman Tuhan dari pada orang Kharis-matik, ternyata menjadi suam dalam segala hal! Mungkin orang Protestan perlu untuk membaca dan merenungkan Wah 3:15-16 yang berbunyi sebagai berikut:
“Aku tahu segala pekerjaanmu; engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas! Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulutKu”.
4) Mereka kelihatannya lebih berhasil menarik orang-orang beragama lain untuk masuk ke gereja (termasuk orang-orang dari aliran kebatinan, orang-orang yang mempunyai black magic, bahkan orang-orang dari dunia artis seperti bintang-bintang film, penyanyi dan orang-orang duniawi lainnya).
5) Puji-pujian dan musik.
Dalam hal ini mereka jauh lebih baik dan lebih bersemangat. Tapi, se-kalipun ini adalah segi positif mereka, seringkali di sini juga terletak kelemahan mereka karena:
- Puji-pujian yang terlalu lama itu (kadang-kadang mencapai satu setengah jam atau lebih) mendesak pemberitaan Firman Tuhan. Pada waktu Firman Tuhan diberitakan jemaat sudah lelah / loyo. Jemaat memang masih tetap bisa mendengar khotbah kalau khotbahnya hanya berupa dongeng, kesaksian dan lelucon. Tetapi kalau khot-bahnya berupa ‘makanan keras’, mereka akan kesulitan untuk berkon-sentrasi dalam keadaan loyo seperti itu.
- Puji-pujian yang terlalu lama, menyebabkan banyak jemaat lalu sengaja datang terlambat / ngaret. Dan mereka ngaret secara tidak tanggung-tanggung, karena ada yang ngaret 1 jam bahkan lebih! Akhirnya banyak orang terbiasa ngaret dalam kebaktian lain.
Kalau saudara adalah orang kristen yang sering ngaret, pikirkan bahwa saudara adalah tentara Kristus (2Tim 2:3-4), yang seharusnya mempunyai disiplin tinggi dan karenanya tidak patut untuk ngaret!
- Emosi yang dibangkitkan secara berlebih-lebihan menyebabkan me-reka mirip penggemar musik rock. Yang menjadi pertanyaan adalah: apakah pada saat itu hati / pikiran mereka betul-betul memuji Tuhan? Atau hanya sekedar melampiaskan emosi saja?
6) Emosi yang ikut dilibatkan dalam kebaktian:
Kita memang harus berbakti bukan hanya dengan otak, tapi juga dengan perasaan / emosi kita (bdk. Mat 22:37). Tetapi, seringkali mereka terlalu melibatkan emosi, sehingga menjadi histeris atau sehingga otak mereka sama sekali tidak dipakai. Ini tentu saja salah!! Bandingkan dengan 1Kor 14:15 yang jelas mengharuskan penggunaan pikiran dalam kebak-tian.
7) Pada umumnya mereka lebih banyak berdoa dibandingkan dengan orang Protestan.
Tetapi perlu juga dipertanyakan: apa yang mereka doakan? Hanya minta kesembuhan dan berkat / kekayaan? Kalau demikian, tentu saja salah!
8) Pada umumnya mereka lebih bisa mendengar Firman Tuhan (lebih tahan lama) dibandingkan dengan orang Protestan, lebih-lebih dibandingkan dengan orang Protestan dari gereja-gereja yang khotbahnya hanya se-kitar 20-25 menit!
9) Pada umumnya mereka kelihatan lebih sukacita dibandingkan dengan orang Protestan.
10) Pada umumnya gereja-gereja Kharismatik lebih bersatu.
Terhadap gereja Kharismatik yang ber’merk lain’ mereka tidak bersaing-an, bahkan tetap mau mendukung pada waktu mengadakan KKR dsb. Ini berbeda sekali dengan kebanyakan gereja Protestan, yang sama sekali tidak mau tahu dengan sesama gereja Protestan yang ber’merk lain’, dan yang bahkan seringkali menganggap gereja ‘merk lain’ itu sebagai saing-annya! Ini tidak mirip dengan orang yang buka gereja tetapi mirip dengan orang yang buka warung, yang lalu menganggap warung ‘merk lain’ sebagai saingannya.
V) Kesalahan Utama Kharismatik:
Kesalahan utama Kharismatik adalah dalam hal penggunaan Kitab Suci.
1) Ajaran mereka sering didasarkan pada ‘Kitab Suci + sesuatu’.
‘Sesuatu’ itu bisa berupa pengalaman, penglihatan, mimpi, nubuat, kata-kata Tuhan secara langsung, Rhema, dsb.
Bahkan ada banyak orang Kharismatik yang lebih mengandalkan ‘sesuatu’ ini dari pada Kitab Suci / Firman Tuhannya sendiri.
Bandingkan dengan semboyan Reformasi, yaitu SOLA SCRIPTURA (= hanya Kitab Suci).
2) Mereka sering menggunakan Hermeneutics (= ilmu penafsiran Kitab Suci) yang salah.
Contoh:
a) Mereka hanya melihat / menyoroti ayat-ayat tertentu dari Kitab Suci dan menutup / mengabaikan bagian-bagian Kitab Suci yang lain, yang berhubungan dengan ayat-ayat yang mereka soroti itu.
Misalnya: mereka hanya melihat Mat 7:7-8 dan lalu berkata bahwa semua doa pasti dikabulkan, dan mereka mengabaikan:
- Mat 7:11 yang berkata bahwa Tuhan hanya mengabulkan permintaan ‘yang baik’. Dan perlu diingat bahwa karena kebodohan kita, maka ‘baik’ menurut Tuhan bisa saja ‘tidak baik’ menurut kita, dan sebaliknya (bdk. Yes 55:8-9).
- 1Yoh 5:14 yang berkata bahwa Tuhan hanya mengabulkan doa kita kalau kita meminta sesuatu ‘menurut kehendakNya’.
- 2Kor 12:1-10 yang menunjukkan bahwa doa Pauluspun bisa tidak dikabulkan oleh Tuhan!
- Dalam Kitab Suci ada:
- bagian-bagian yang bersifat descriptive (= menggambarkan).
Ini mencakup semua bagian Kitab Suci yang merupakan cerita historis. Bagian-bagian ini hanya menggambarkan apa yang terjadi pada saat itu, tetapi tidak memaksudkan untuk menggunakan hal itu sebagai rumus / norma.
Contoh:
- Peristiwa Yesus dan Petrus berjalan di atas air (Mat 14:22-33) memang betul-betul terjadi, dan Tuhan bisa saja mengulang hal itu pada jaman ini, kalau Dia mau. Tetapi bagian ini tentu bukan maksudnya untuk dijadikan hukum / norma dalam hidup kita, seakan-akan semua orang kristen harus bisa berjalan di atas air!
- Peristiwa kebangkitan Lazarus (Yoh 11) memang betul-betul terjadi, dan Tuhan bisa saja mengulangnya pada jaman ini, ka-lau Ia mau. Tetapi bagian ini tentu tidak boleh dijadikan dasar untuk mengajar bahwa Tuhan selalu mau membangkitkan orang kristen yang mati! Hal yang sama berlaku untuk penyembuhan-penyembuhan yang dilakukan oleh Yesus. Itu hanyalah bagian descriptive, dan karenanya bukan merupakan norma / hukum!
- bagian-bagian yang bersifat didactic (= mengajar).
Ini mencakup semua bagian Kitab Suci yang bersifat pengajaran, dan ini adalah bagian-bagian yang betul-betul merupakan hukum / norma.
Contoh:
- Yoh 3:16 memang merupakan norma / hukum: semua / setiap orang yang percaya kepada Yesus tidak akan binasa tetapi beroleh hidup yang kekal!
- 1Tes 5:16-18 memang merupakan norma: semua orang kristen harus bersukacita, berdoa dan mengucap syukur senantiasa.
- 10 hukum Tuhan (Kel 20:3-17) jelas juga merupakan hukum / norma.
Tetapi, orang-orang Kharismatik pada umumnya tidak mengerti prinsip Hermeneutics ini dan mereka menggunakan bagian-bagian yang ber-sifat descriptivesebagai hukum / norma, seakan-akan itu adalah bagian yang bersifat didactic.
Contoh:
- mereka menganggap Kis 2:1-13 (rasul-rasul berbahasa Roh pada saat menerima Roh Kudus pada hari Pentakosta) sebagai dasar bahwa orang kristen harus berbahasa Roh / lidah. Padahal bagian ini adalah bagian yang bersifat descriptive (= menggambarkan), sehingga tidak boleh dijadikan hukum / norma.
- mereka menggunakan cerita-cerita dimana Yesus menyembuhkan orang sakit sebagai dasar bahwa semua orang kristen yang sakit pasti disembuhkan. Padahal ini adalah bagian yang bersifat descriptive, sehingga tidak boleh dijadikan hukum / norma.
Mengapa bisa terjadi kesalahan-kesalahan seperti ini? Salah satu alasan adalah karena orang Kharismatik menjadi pendeta / pengkhotbah / pengajar Firman Tuhan tanpa melalui pendidikan Theologia. Ini disebab-kan karena mereka percaya bahwa:
- Roh Kudus bisa mengajar mereka secara langsung.
Sekalipun Roh Kudus bisa mengajar langsung, tetapi perlu diingat bahwa Ia pada umumnya mengajar menggunakan manusia / hamba-hamba Tuhan (bdk. Ef 4:11-dst).
- Rasul-rasul juga tidak sekolah Theologia, tetapi tetap bisa dipakai dengan hebat oleh Tuhan. Untuk ini perlu diingat bahwa sekalipun rasul-rasul tidak sekolah Theologia, tetapi:
a. Mereka menguasai bahasa Ibrani dan Yunani, yang merupakan bahasa asli Kitab Suci. Dengan demikian mereka tidak perlu mempelajari hal itu. Ini tentu berbeda dengan kita yang tidak menguasai bahasa Ibrani maupun Yunani, sehingga harus mempelajarinya di sekolah Theologia.
b. Mereka hidup di Palestina pada jaman penulisan Kitab Suci sehingga mereka tahu segala latar belakang, tradisi, kebudayaan dsb, yang tidak kita ketahui kecuali kita mau mempelajarinya.
c. Mereka adalah orang-orang Yahudi yang dari kecil dididik dalam pengajaran Firman Tuhan yang kuat (jelas sangat berbeda dengan Sekolah Minggu jaman sekarang).
d. Mereka ikut Yesus selama tiga setengah tahun dan melihat hidup Yesus yang suci, melihat mujijat-mujijat Yesus, dan mendengar ajaran-ajaran Yesus secara langsung. Ini tentu lebih hebat dari sekolah Theologia yang manapun!
Memang sekarang ada banyak pendeta Kharismatik yang melalui pendidikan sekolah Theologia, tetapi banyak dari mereka belajar di sekolah Theologia dimana dosen-dosennya tidak pernah sekolah Theo-logia! Ini seperti orang buta menuntun orang buta!
Tidak adanya pendidikan Theologia ini menyebabkan mereka tidak mengerti Hermeneutics (= ilmu penafsiran Kitab Suci), sehingga mereka menafsirkan banyak bagian Kitab Suci secara salah!